• Wednesday, March 26, 2025

    Agrinas: Transformasi Raksasa Pangan untuk Ketahanan Nasional


    Jakarta - Di tengah upaya pemerintah memperkuat ketahanan pangan nasional, sebuah langkah besar tengah disiapkan. Presiden Prabowo Subianto telah memanggil sejumlah menteri untuk membahas pembentukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru bernama Agrinas. Langkah ini menandai transformasi signifikan dalam sektor pangan, perkebunan, dan perikanan Indonesia.

    Agrinas lahir dari penggabungan tiga BUMN karya, yaitu Virama Karya, Yodya Karya, dan Indra Karya. Virama Karya bertransformasi menjadi PT Agrinas Jaladri Nusantara, fokus pada sektor perikanan. Yodya Karya menjadi PT Agrinas Pangan Nusantara, bergerak di sektor pangan. Sementara itu, Indra Karya menjadi PT Agrinas Palma Nusantara, yang akan fokus pada sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit.

    Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengungkapkan bahwa persiapan Agrinas telah memasuki tahap akhir. "Semua paparan tadi sudah siap untuk melaksanakan yang sudah direncanakan," ujarnya, Senin (24/3/2025). Salah satu proyek ambisius Agrinas adalah pembangunan 20 ribu hektare budi daya ikan di Pulau Jawa. Selain itu, mereka juga merencanakan pengembangan 1 juta hektare perkebunan sawit.

    Namun, dari 221 ribu hektare lahan sawit yang ada, 145 ribu hektare memerlukan perbaikan, sementara sisanya membutuhkan penanaman baru. Untuk mendukung produksi, Agrinas juga akan membangun enam lokasi hub pangan yang memproduksi pakan, sehingga tidak bergantung pada satu perusahaan saja.

    Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam sektor pertanian melalui pembentukan batalyon pembangunan. Batalyon ini akan membantu dalam pembukaan lahan, pembangunan infrastruktur pertanian, dan distribusi hasil panen. Selain itu, Kementerian Pertanian juga membentuk brigade pangan yang terdiri dari para ahli dan praktisi pertanian untuk memberikan pendampingan kepada petani.

    Sinergi antara Agrinas, TNI, dan Kementerian Pertanian diharapkan dapat mempercepat peningkatan produksi pangan nasional. Namun, upaya ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dari berbagai pihak di tingkat desa. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) memiliki peran penting dalam mengelola hasil panen dan mendistribusikannya ke pasar.

    Selain itu, koperasi desa merah putih dapat menjadi wadah bagi petani untuk mendapatkan akses permodalan dan pelatihan. Bank wakaf mikro juga dapat memberikan pembiayaan bagi petani kecil yang kesulitan mengakses perbankan konvensional. Baitul maal, sebagai lembaga filantropi Islam, dapat memberikan bantuan sosial kepada petani yang mengalami kesulitan.

    Namun, dalam perjalanan menuju ketahanan pangan, Indonesia memiliki catatan penting dari pengalaman food estate di masa lalu. Beberapa proyek food estate tidak mencapai hasil yang diharapkan karena berbagai faktor. Salah satu faktor utama adalah kurangnya pemahaman tentang kondisi lahan dan iklim setempat.

    Selain itu, kurangnya keterlibatan masyarakat lokal dan petani dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek juga menjadi kendala. Proyek food estate sering kali dianggap sebagai proyek pemerintah pusat tanpa memperhatikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat.

    Kurangnya infrastruktur pendukung, seperti irigasi dan jalan, juga menjadi faktor penghambat. Selain itu, masalah pemasaran dan distribusi hasil panen juga sering kali tidak diantisipasi dengan baik.
    Oleh karena itu, dalam pengembangan Agrinas, pemerintah perlu belajar dari pengalaman masa lalu. Pemilihan lokasi proyek harus didasarkan pada kajian yang mendalam tentang kondisi lahan dan iklim setempat. Keterlibatan masyarakat lokal dan petani dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek harus menjadi prioritas.

    Pembangunan infrastruktur pendukung, seperti irigasi dan jalan, harus dilakukan secara terencana. Selain itu, sistem pemasaran dan distribusi hasil panen harus dipersiapkan dengan baik.

    Dengan belajar dari pengalaman masa lalu dan menerapkan pendekatan yang lebih partisipatif dan berkelanjutan, Agrinas diharapkan dapat menjadi motor penggerak ketahanan pangan nasional.

    Transformasi BUMN ini bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang masa depan bangsa. Ketahanan pangan adalah kunci stabilitas dan kemandirian negara.
    Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan keberhasilan Agrinas. Pemerintah, TNI, Kementerian Pertanian, BUMDes, koperasi desa merah putih, bank wakaf mikro, dan baitul maal memiliki peran masing-masing dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

    Agrinas bukan hanya sekadar BUMN, tetapi juga simbol harapan bagi masa depan pertanian Indonesia. Dengan dukungan semua pihak, Agrinas diharapkan dapat membawa Indonesia menuju swasembada pangan dan kemandirian ekonomi.

    Pembentukan Agrinas merupakan langkah strategis pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Transformasi tiga BUMN karya menjadi raksasa pangan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi pangan, perkebunan, dan perikanan Indonesia.

    Sinergi antara Agrinas, TNI, dan Kementerian Pertanian menjadi kekuatan baru dalam sektor pertanian. Batalyon pembangunan TNI dan brigade pangan Kementan akan memberikan dukungan teknis dan operasional bagi petani.

    Peran BUMDes, koperasi desa merah putih, bank wakaf mikro, dan baitul maal sangat penting dalam mendukung program Agrinas. Mereka akan membantu petani dalam berbagai aspek, mulai dari permodalan hingga pemasaran hasil panen.

    Dengan dukungan semua pihak, Agrinas diharapkan dapat menjadi motor penggerak ketahanan pangan nasional. Transformasi BUMN ini bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang masa depan bangsa. Ketahanan pangan adalah kunci stabilitas dan kemandirian negara.

    Dibuat oleh AI
    loading...