ilustrasi |
Selain itu, progres rencana kerja sama perusahaan minyak dan gas Arab Saudi, Saudi Aramco dengan PT Pertamina (Persero) juga akan dikaji. (sumber)
"Yang pasti kan banyak hal-hal yang harus kita tuntaskan, misal mengenai kereta cepat bandung atau mungkin mengenai hasil pembicaraan Saudi Arabia dan Indonesia mengenai Aramco dan Pertamina, nah hal-hal ini harus kita review," Kata Erick di kantor Kementerian BUMN.
Sebagai informasi, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung telah bergulir selama empat tahun, terhitung sejak berdirinya badan usaha PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) pada 16 Oktober 2015 lalu. Mengutip data KCIC, Rabu (16/10/2019), proyek dengan panjang lintasan 143 km ini kini telah menuntaskan pengerjaan fisik sebesar 34,89%, dengan luas lahan yang sudah dibebaskan mencapai 99,04%. Progres tersebut dicapai sejak dilakukan groundbreaking pada awal Januari 2016 lalu. Proyek ini diharapkan rampung pada 2021 mendatang.
Sementara itu mengutip CNBC Indonesia, tarik ulur soal nilai investasi kilang Cilacap antara Pertamina dan Saudi Aramco masih alot. Kesepakatan untuk evaluasi nilai terus diperpanjang.Joint Venture Development Agreement (JVDA) antara Pertamina dengan Saudi Aramco mulanya akan berakhir di akhir Juni 2019. Namun kesepakatan ini diperpanjang sampai akhir September 2019. Setelah diperpanjang sampai September, JDVA kembali diperpanjang lagi sampai Oktober ini
Pertamina berharap kesepakatan dengan Saudi Aramco terkait valuasi proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap bisa segera rampung tahun ini. Direktur Utama Nicke Widyawati mengatakan negosiasi harga masih dilakukan dengan pihak Saudi Aramco.
Selain soal kereta cepat JKT-BDG serta kerja sama Saudi Aramco dan Pertamina, Erick juga akan evaluasi kinerja Kementerian BUMN.
"Pasti sudah seyogyanya saya baru disini pasti saya evaluasi total, baik mengenai kinerja, manajemen, tanpa ada prasangka prasangka. Kita mau profesional, mau bikin iklim yg baik dan sehat lah," katanya.
No comments:
Post a Comment