ilustrasu |
Seperti dilansir CNN, Senin (22/4/2019), Zelensky yang berusia 41 tahun ini dikenal atas perannya di sebuah serial komedi televisi berjudul 'Servant of the People'.
Dalam serial itu, Zelensky memainkan karakter seorang guru yang miskin dan secara tidak diduga menjadi presiden Ukraina. Karakter Zelensky dalam serial itu dikisahkan menjadi terkenal usai melontarkan keluhan penuh kemarahan soal korupsi yang direkam dan diposting murid-muridnya ke media sosial lalu menjadi viral.
Di kehidupan nyata, Zelensky memiliki perusahaan entertainment yang ditaksir bernilai puluhan juta dolar AS. Kisah karakter yang diperankan Zelensky itu menjadi kenyataan ketika Zelensky, yang tidak punya pengalaman politik ini, mengumumkan pencalonannya pada malam Tahun Baru lalu. Zelensky menyampaikan pencalonannya saat berbicara melalui saluran televisi 1+1 yang menyiarkan serial televisinya.
Awalnya, dukungan untuk Zelenksy sebagian besar dipandang sebagai 'suara protes' dan popularitasnya menanjak seiring keyakinan pada pemerintahan Poroshenko memudar. Poroshenko yang menjabat Presiden Ukraina sejak tahun 2014 yang fokus pada platform patriotik militan, berseberangan dengan mayoritas rakyat Ukraina yang lelah menghadapi perang proxy dengan Rusia selama 5 tahun terakhir.
Zelensky sendiri tidak terlalu mengungkapkan platformnya dan hanya menawarkan sedikit detail soal kebijakan-kebijakan konkretnya. Dia juga terkesan menghindar untuk menyampaikan pandangan-pandangannya secara publik, dengan menghindari wawancara besar dan hanya menggelar sedikit konferensi pers.
Berbicara dalam program acara saluran TV 1+1 'The Right to Power' pada awal pekan ini, Zelensky menyebut bahwa telah menjadi strategi kampanyenya untuk tidak menghadiri program talk show di mana 'orang-orang dari pemerintahan yang lama duduk dan bertengkar, hanya melakukan promosi dan tidak ada janji nyata'.
"Saya tidak lagi bersembunyi dari siapa pun," ucap Zelensky saat itu, sembari meminta maaf kepada wartawan yang mungkin merasa tersinggung dengan kurangnya perhatian yang diberikan pada pers.
Meskipun Zelensky tidak pernah mengungkapkan secara detail soal tujuan kebijakan-kebijakannya, hal yang bisa diambil dari kampanye-kampanyenya adalah niatnya untuk memulai dari awal tanpa prasangka dan janjinya untuk memerangi korupsi juga oligarki.
Poroshenko (53) telah mengakui kekalahannya dari Zelensky setelah hasil exit poll yang ditayangkan televisi nasional Ukraina, Ukrinform, pada Minggu (21/4) waktu setempat menunjukkan 73,2 persen suara diraup Zelensky dan 25,3 persen suara diraup dirinya.
Hasil itu merupakan hasil pemungutan suara putaran kedua yang digelar Minggu (21/4) waktu setempat. Dalam putaran pertama pada 31 Maret lalu, Zelenksy juga meraih keunggulan atas Poroshenko dan belasan kandidat capres lainnya. Saat itu, Zelensky meraup 30 persen suara dan Poroshenko hanya meraup 16 persen suara.
Hasil exit poll itu dilaporkan sesuai dengan hasil penghitungan real count yang terus berlangsung. Diketahui bahwa hingga Senin (22/4) pukul 02.00 waktu setempat, baru sekitar 30 persen suara yang dihitung. Hasilnya, menurut The Guardian, menunjukkan Zelensky memimpin dengan perolehan 73 persen suara dan Poroshenko ada di posisi kedua dengan 24 persen suara.
Kemenangan Zelensky atas Poroshenko diyakini menjadi bukti kekecewaan mendalam para pemilih pada pemerintahan juga pada praktik korupsi yang masih marak serta pada perekonomian yang lesu. Tampil di hadapan pendukungnya setelah hasil exit poll dirilis, Zelenksy berjanji tidak akan mengecewakan rakyat Ukraina yang telah memilihnya.
"Saya tidak akan mengecewakan Anda semua," tegasnya. "Saya belum menjadi presiden secara resmi. Tapi sebagai seorang warga negara Ukraina, saya bisa mengatakan kepada semua negara pasca-Uni Soviet: Lihatlah kami. Apapun mungkin terjadi!" imbuh Zelensky. (sumber)
No comments:
Post a Comment