Konsisten menerapkan 3B, Berpikir, Bergerak dan Bermanfaat. Itulah prinsip hidup yang dilakoni oleh Dosen, Penulis sekaligus Pengamat Politik, Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si.
Pria kelahiran Cianjur, 12 Agustus 1976 ini menjelaskan, 3B berarti Berpikir tanpa kejumudan, bergerak tanpa kekerasan dan bermanfaat untuk kekitaan.
“Karena dengan mengajar, Saya harus baca buku, menulis harus baca buku dan mengetahui isu. Setelah mengajar, bergerak mengisi materi di berbagai tempat, alhasil bermanfaat bagi orang yang mendengarkan,” jelasnya.
Gun Gun menggeluti bidang politik sejak umur belia. Motivasi yang tumbuh karena kesukaan terhadap politik membuatnya kini disebut sebagai Pengamat Politik. Ditambah, pengalaman pernah menjadi Ketua OSIS SMP dan SMA serta Ketua Senat Mahasiswa di UIN Yogyakarta.
Selain itu, Gun Gun semasa muda juga gemar menulis dan berdiskusi. Ia mengikuti kegiatan Karya Ilmiah Remaja (KIR) semasa sekolah yang melatih keahlian menulisnya. Saat kuliah, Gun Gun menjadi jurnalis majalah kampus serta ikut berbagai kelompok diskusi.
“Setiap hari Selasa malam kumpul untuk diskusi dan membaca buku bersama dengan Forum of Communication Student yang isinya Mahasiswa dari beberapa kampus di Yogyakarta. Analisis saya terbantu karena forum itu,” ungkap Gun Gun yang sangat mengagumi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota budaya Indonesia.
Berawal dari belajar menulis artikel untuk majalah dinding sekolah, Gun Gun menceritakan peristiwa paling menarik dalam hidupnya, yakni ketika artikelnya pertama kali dimuat di Harian Bernas Jogja tahun 1996 saat dirinya masih menjadi Mahasiswa Semester 3 Komunikasi Penyiaran UIN Yogyakarta.
“That’s a great moment. Hal itu menjadi titik balik Saya menyenangi tulis menulis di dunia media,” ujar pria lulusan Sarjana Komunikasi Penyiaran UIN Yogyakarta, Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Jakarta dan Doktor Komunikasi Politik Universitas Padjajaran (UNPAD), Bandung ini kepada tangerangonline.id.
Kegiatan rutin mengirimkan artikel ke media cetak menghantarkan artikel-artikelnya kini berada di berbagai kolom artikel media cetak negeri seperti The Jakarta Post, KOMPAS, Koran Tempo, Seputar Indonesia, Media Indonesia, Republika, Koran Jakarta, Jurnal Nasional, Pikiran Rakyat, Suara Pembaruan, dan Sinar Harapan.
Tidak hanya diminta mengisi tulisan di media cetak, Dosen tetap mata kuliah Komunikasi Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga kerap kali diundang sebagai narasumber di beberapa stasiun televisi Indonesia untuk membahas persoalan politik.
“Pertama kali di diundang menjadi pembicara tahun 2008 di MNC TV membahas Reformasi Birokrasi. Setelah itu mulai diundang lagi ke TvOne, MetroTV, KompasTV, CNN, Sindo TV, Inews TV, Banten TV, TV Malaysia,” ujar Penasehat Ahli di Global Indonesian Voices (GIV) Singapore itu.
Minat dan pengetahuannya di dunia politik diperdalam dengan 3 karya ilmiah semasa menempuh jenjang pendidikan, yakni Skripsi berjudul Komunikasi Politik 7 Partai-Partai Islam di Pemilu 1999, Tesis berjudul Ekonomi-Politik Lembaga Penyiaran Publik, dan Disertasi berjudul Konvergensi Simbolik dalam Komunikasi Politik di Era Pemerintahan SBY-Boediono dalam Kasus Century di Situs Jejaring Sosial dan Weblog Interaktif.
Selain UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis buku “10 Tokoh Transformatif Indonesia” ini juga menjadi Dosen di Program Pascasarjana Komunikasi Universitas Paramadina, Program Pascasarjana Komunikasi Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Multimedia Nusantara, dan Program Pascasarjana Komunikasi Universitas Mercubuana.
“Menjadi Dosen adalah cita-cita semenjak awal kuliah. Saya lebih senang dunia akademik seperti aktivitas mengajar dan meneliti yang merujuk pada pengabdian,” ujar Dosen yang pernah mengikuti beasiswa Pendidikan Profesional Politics and New Media di Georg August Universitaat Goettingen, Germany tahun 2010 dan Academic Writing and Research Methodology di Western Sydney University, Australia tahun 2014.
Gun Gun dididik oleh sosok inspiratif baginya, yaitu kedua orang tuanya. Dibesarkan dengan karakter orang tua yang berbeda, membuat anak ketiga dari lima bersaudara ini paham membentuk pribadi yang seimbang.
“Kalau bapak itu orangnya keras, kebalikan ibu malah lembut dan tidak pernah marah. Dari bapak saya belajar bahwa hidup itu harus serius dan dari ibu diseimbangkan dengan kelembutan,” ungkap Gun Gun yang baru membiayai umroh kedua orang tuanya tahun 2015 lalu.
Gun Gun memiliki harapan membangun pondasi yang bergerak di bidang Literacy atau Pendidikan untuk mendukung aktivis bidang Komunikasi Politik serta membangun perpustakaan guna kegiatan pondasi itu.
Kemudian saat ini, keinginan terbesar lainnya seorang Gun Gun Heryanto ialah menjadi Professor di bidang Komunikasi Politik.
“Sekarang sedang proses menuju gelar Professor, supaya bisa bantu UIN dikenal publik juga,” pungkas Direktur Eksekutif, The Political Literacy Institute, sebuah Lembaga kajian, diskusi dan bedah buku yang dibentuknya tahun 2009 serta memiliki kegiatan kaderisasi. (sumber)
Sunday, October 9, 2016
tokoh
Gun Gun Heryanto: Direktur Eksekutif, The Political Literacy Institute
tokoh
loading...
No comments:
Post a Comment