Padahal konflik PKK ini telah ada puluhan tahun dan tidak pernah tuntas.
Sebagaimana diketahui kelompok PKK ini hanya kelompok kecil dan tidak mewakili bangsa Kurdi pada umumnya. Hal itu dapat diketahui bahwa bangsa Kurdi di Turki justru ikut membangun negara, mendirikan partai politik sendiri dan bebas mempraktekkan kebudayaan mereka.
Pada beberapa dekade dahulu, kelompok PKK bahkan tak eksis di masyarakat Kurdi Suriah kecuali di Irak.
Dan pihak Kurdi yang eksis dan berjuang di Irak juga bukan PKK tapi dua parpol kurdi besar lainnya yang kini menjadi penguasa dan oposisi di Kurdistan Irak.
Sikap Turki yang lebih memilih PKK Kurdi besar di Suriah meski dikenal sebagai kelompok pemberontak adalah ketika Ankara memberikan dukungan besar melawan ISIS di Kobane.
Pasukan Peshmerga Irak dari Kurdistan menyeberang ke Turki dan masuk ke lagi ke Kobane Suriah untuk memperkuat perlawanan melawan ISIS.
Tentu, Turki juga tidak ingin ISIS berkuasa di dekat perbatasannya dan itu dibuktikan ketika Turki teribat aktif mengusir ISIS dari Al Bab.
Saat ini kelompok Kurdi PKK menjadi penguasa di Kobane dan 1/3 wilayah Suriah. Mereka juga mempunyai pemerintahan SDC atau Qasad dan hampir setengah juta pasukan.
Apakah Turki sudah terlambat membasmi PKK?
Jawabannya sebenarnya tidak. Makin kuatnya PKK di Suriah justru menguntungkab Turki karena pihaknya tidak perlu berhadapan langsung ke rejim Bashar Al Assad yang itu bisa memicu sentimen Arab vs Turki yang menjadi luka lama.
Alasan berkutnya adalah dengan adanya PKK yang kuat di Suriah, maka Turki mempunyai alasan untuk mendukung kelompok Turkmen yang menjadi serumpun Turki.
Sebagaimana diketahui faksi Turkmen di pemerintahan interim SIG/SNC yang dibentuk oleh oposisi cukup kuat. Pemerintahan ini beribukota sementara di Azaz.
Kelihatan dari luar bahwa Turki seperti dikelilingi oleh musuh-musuh. Di lingkaran pertama ada Yunani bekas jajahannya yang masih menjadi teman berseteru di Laut Mediterania.
Lalu ada Armenia yang masih menyimpan dendam dan luka lama.
Lalu ada PKK di Suriah dan Qandil di Irak. Itu belum termasuk negara lain yang mempunyai sikap bermusuhan secara tidak langsung.
Jika diibaratkan, konflik Turki vs PKK ini sama dengan konflik Indonesia vs OPM jika Jakarta menciptakan konflik di Papua New Guinea dan mendorong OPM mendirikan pemerintahan tandingan di negara dengan singkatan PNG ini.
Bahkan kalau bisa OPM didorong menguasai seluruh negara-negara Melanesia lainnya sehingga seakan semua bangsa Melanesia menjadi bagian dari politik nasional sampai ke Fiji, Solomon, Vanuatu dan lain sebagainya.
Seperti halnya Turki yang melakukan serangan ke berbagai negara untuk mengejar kelompok PKK maka Jakarta dalam simulasi ini bisa mengejar OPM ke berbagai negara di Pasifik atau di negara-negara tempat mereka eksis.
No comments:
Post a Comment