Perang singkat selama 12 hari antara Israel dan Iran tak hanya menyisakan kerusakan fisik di berbagai kota Iran, tetapi juga membuka kedok operasi rahasia yang selama ini berjalan di balik layar. Pemerintah Iran secara resmi mengumumkan telah menangkap sedikitnya 700 orang yang dituduh sebagai kaki tangan Israel dan agen intelijen asing yang terlibat dalam spionase, sabotase, serta aksi teror di dalam negeri.
Menurut laporan dari kantor berita Fars, para tersangka yang ditangkap ini sebagian besar merupakan anggota jaringan mata-mata dan sabotase yang bekerja atas nama Mossad. Jaringan tersebut disebut-sebut memiliki misi utama melemahkan Iran dari dalam melalui serangkaian operasi terorganisir, mulai dari pembunuhan pejabat negara hingga sabotase fasilitas vital.
Selama bertahun-tahun, Mossad memang dikenal aktif dalam operasi-operasi hitam di Iran, termasuk penghilangan paksa, pembunuhan ilmuwan nuklir, serta ledakan misterius di fasilitas militer dan industri strategis. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah ilmuwan Iran tewas dalam insiden yang diduga kuat merupakan hasil operasi Mossad, salah satunya Mohsen Fakhrizadeh, arsitek program nuklir Iran.
Aksi-aksi sabotase yang dilakukan jaringan Mossad di Iran tak hanya menyasar tokoh politik dan ilmuwan, tetapi juga merusak infrastruktur penting seperti jaringan listrik, pabrik senjata, hingga instalasi minyak dan gas. Bahkan, beberapa insiden ledakan yang menewaskan warga sipil di berbagai kota besar Iran diduga terkait dengan operasi spionase tersebut.
Meski begitu, banyak di antara tersangka yang ditangkap tak secara langsung mengakui sebagai agen Mossad. Beberapa dari mereka mengaku hanya mengikuti perintah kelompok oposisi seperti Reza Pahlavi, anak mendiang Shah Iran, atau kelompok militan eksil Mujahedin-e Khalq (MeK). Namun, bagi otoritas Iran, baik MeK maupun kelompok pro-Pahlavi diduga bekerja untuk kepentingan Israel.
Perang selama 12 hari antara Israel dan Iran yang berakhir pada Selasa lalu dengan gencatan senjata, ternyata melibatkan operasi intelijen besar-besaran. Kepala Mossad David Barnea bahkan secara terbuka berterima kasih kepada CIA atas kerja sama dalam operasi gabungan di tengah konflik tersebut. Pernyataan itu disampaikan lewat video yang beredar di media Israel, dua hari setelah gencatan senjata berlaku.
Dalam video tersebut, Barnea menyebut agen-agen Mossad telah bekerja maksimal untuk memastikan keamanan Israel dan meningkatkan posisi tawar negara itu di kawasan. Namun menariknya, tidak ada satu pun pernyataan atau usaha dari pihak Mossad untuk membela atau menuntut pembebasan ratusan agen yang ditangkap di Iran, seolah mereka dibiarkan menjadi tumbal operasi.
Sejumlah pengamat menilai, nasib para agen Mossad yang tertangkap di Iran kemungkinan besar akan berakhir tragis. Iran dikenal sangat keras dalam menghadapi aktivitas spionase asing, apalagi yang berkaitan dengan Israel. Selama ini, Iran kerap menjatuhi hukuman mati kepada pelaku spionase yang dinilai membahayakan keamanan nasional.
Kehadiran ratusan agen Mossad di Iran selama perang membuktikan betapa seriusnya upaya Israel untuk menghancurkan Iran dari dalam. Bukan hanya melalui perang terbuka, tetapi lewat infiltrasi jaringan spionase yang bekerja mengacaukan situasi keamanan domestik, melemahkan sistem pertahanan, serta memprovokasi kerusuhan sipil.
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran memang terus diguncang oleh serangkaian ledakan misterius, kebakaran di pabrik militer, serta kematian mendadak para pejabat strategis. Otoritas Iran menduga semua itu merupakan bagian dari operasi Mossad yang didukung CIA untuk melumpuhkan kekuatan Iran secara perlahan dari dalam.
Selain itu, keterlibatan kelompok oposisi Iran di luar negeri seperti MeK dan loyalis Reza Pahlavi juga dianggap memperkuat infiltrasi Mossad. Mereka sering kali menjadi perantara dalam merekrut agen lokal, menyuplai informasi, serta mengorganisasi sabotase. Hubungan mereka dengan Israel selama ini menjadi rahasia umum di kalangan politik Timur Tengah.
Meski para tersangka yang ditangkap berusaha mengelak dan mengaku hanya bertindak atas nama kelompok oposisi, Iran menilai semua itu bagian dari jaringan besar yang ujungnya bermuara ke Tel Aviv. Pemerintah Iran memastikan bahwa operasi intelijen gabungan ini sudah berlangsung lama dan berhasil diendus berkat laporan masyarakat serta operasi kontraintelijen dalam negeri.
Nasib ratusan agen yang kini ditahan di Iran diperkirakan akan menjadi alat tawar diplomatik baru di kawasan. Beberapa analis memprediksi, Teheran akan memanfaatkan kasus ini untuk mempermalukan Israel di forum internasional sekaligus menunjukkan bahwa negara tersebut masih mampu mengungkap dan menindak jaringan spionase asing di wilayahnya.
Hingga kini, belum ada kejelasan terkait status hukum ratusan orang yang ditangkap itu. Namun, pihak berwenang Iran menegaskan bahwa proses hukum akan berjalan tegas sesuai ketentuan hukum pidana khusus terkait ancaman terhadap keamanan nasional.
Di sisi lain, pihak Israel sendiri memilih bungkam terkait penangkapan massal ini. Hanya ucapan terima kasih formal dari Kepala Mossad kepada para agen lapangan yang disampaikan dalam video internal. Tidak ada upaya nyata untuk menegosiasikan atau menyelamatkan para agen yang ditangkap.
Kondisi ini menegaskan pola lama dalam operasi intelijen internasional, di mana para agen lapangan kerap dijadikan pion sekali pakai. Setelah misi selesai atau gagal, mereka acap kali dibiarkan menghadapi konsekuensi sendiri di negara target.
Penangkapan besar-besaran ini juga menguatkan dugaan bahwa Iran kini tengah berupaya keras membersihkan jaringan spionase asing dari dalam negeri. Langkah ini diperkirakan akan diikuti dengan pengetatan pengawasan terhadap kelompok oposisi dan aktivis di luar negeri yang memiliki hubungan dengan Israel.
Bagi Iran, perang belum benar-benar berakhir meski senjata berhenti berbunyi. Perang rahasia tetap berlangsung lewat sabotase, spionase, dan operasi intelijen yang menyasar stabilitas dalam negeri. Sementara itu, nasib para agen Mossad yang kini meringkuk di balik jeruji penjara Iran kemungkinan besar akan tetap menjadi bagian kelam dari perseteruan panjang dua negara musuh bebuyutan tersebut.
No comments:
Post a Comment